I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hampir seluruh masyarakat Indonesia
pasti mengetahui dan pernah merasakan minuman khas Jogjakarta yaitu STMJ ( susu
telor madu jahe ). Minuman kesehatan ini sudah banyak menyebar khususnya
didaerah Jogja, malang, jember dan lain- lain. kebanyakan warung yang menjual
minuman ini tersebar dipusat kota atau dekat kampus. STMJ disamping menyehatkan
juga dapat menyegarkan, menghangatkan badan dan pengganti sel rusak/ Vitalitas.
Campuran dari Susu, telor, madu dan jahe ini sangat diminati mahasiswa yang
notabennya senang berkumpul dimalam hari.
STMJ
merupakan campuran antara Susu, Telur, Madu dan Jahe ini sangatlah populer di
kalangan anak muda maupun orang dewasa yaitu sebagai pengusir angin dari dalam
tubuh dan merupakan minuman kesehatan dengan rasa yang pas dan lebih nikmat
bila dihidangkan dalam keadaan panas dan diminum dalam suasana udara yang
sangat dingin.
Minuman khas Jogjakarta ini telah
populer di masyarakat kota Tenggarong dan sekitarnya walaupun warung - warung
pinggir jalan dan toko - toko jamu yang menjual
minuman ini masih sedikit. Dari itu penulis tertarik untuk mengetahui
analisis usahatani dari usaha warung STMJ (Susu Telur Madu Jahe) Pak Eko.
Tujuan utama dari analisis usaha tani untuk mengetahui tentang bagaimana para
pengusaha mengalokasikan faktor - faktor produksi yang mereka miliki untuk
memperoleh keutungan usaha yang tinggi termasuk didalamnya pencapaian tingkat
return cost (R/C) ratio. Maka penulis melakukan penelitian ke lapangan dengan
judul sebagai berikut : “ Analisis Usaha STMJ (Susu Telur Madu Jahe) Pak Eko di
Jalan Imam Bonjol Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara”.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada
latar belakang ,maka dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana prospek penjualan STMJ ?
2.
Apa saja
yang harus disiapkan dalam penjualan
STMJ ?
3.
Bagaimana
analisis SWOT dalam persaingan sesama pedagang ?
4.
Bagaimana
saluran distribusi dalam penjualan STMJ ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui prospek penjualan STMJ.
2.
Untuk mengetahui apa saja yang disiapkan dalam penjualan STMJ.
3.
Untuk mengetahui
cara mnganalisis kekuatan dan kelemahan, ancaman dan peluang dalam persaingan.
4.
Mengetahui
saluran distribusi dalam penjualan STMJ.
1.4.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.
Sebagai bahan informasi
dan sumbangan pemikiran bagi orang yang
ingin membuat usaha dan perusahaan yang bergerak
dibidangnya, sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan dimasa yang akan datang.
2.
Sebagai sumber
referensi dan informasi bagi pihak- pihak yang ingin meneliti mengenai masalah
yang erat hubunganya dengan masalah ini.
3.
Dengan penelitian ini
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti bahwa pentingnya manajemen
usaha tani untuk usaha skala kecil maupun skala besar.
4.
Untuk pengalaman
usaha,apa bila bisa dijadikan proyek usaha yang baik kedepan nya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Umum STMJ (Susu Telur Madu Jahe)
STMJ
merupakan campuran antara Susu, Telur, Madu dan jahe dan hampir seluruh masyarakat Indonesia
pasti mengetahui dan pernah merasakan minuman khas Jogjakarta ini STMJ ( susu
telor madu jahe ). Minuman kesehatan ini sudah banyak menyebar khususnya
didaerah Jogja, malang, jember dan lain- lain. kebanyakan warung yang menjual
minuman ini tersebar dipusat kota atau dekat kampus. STMJ disamping menyehatkan
juga dapat menyegarkan, menghangatkan badan dan pengganti sel rusak/ Vitalitas.
STMJ kalo di Indonesia merupakan minuman kesehatan yang dimana dari bahannya
sendiri dari Susu Telur Madu dan Jahe banyak khasiatnya.
Adapun khasiat dari masing – masing
bahan minuman dari STMJ (Susu Telur Madu
Jahe) adalah sebagai berikut :
1.
Susu
Sudah
tidak bisa dipungkiri lagi bahwa susu adalah salah satu sumber nutrisi yang
penting bahkan sejak kita dilahirkan di muka bumi
ini.
Susu adalah
sumber protein dan vitamin B yang penting untuk sumber energi, dan kalsium yang
yang berfungsi dalam menjaga kesehatan tulang.
2. Telur
Telur memiliki
kandungan gizi yang sangat penting seperti karbohidrat, protein, dan delapan
macam asam amino esensial. Selain itu, telur juga mengandung vitamin dan
mineral, seperti vitamin A, riboflavin, asam folat, vitamin B6, vitamin B12,
kolin, besi, kalsium, fo sfor, dan potasium.
Kuning telur juga banyak mengandung vitamin A, D, dan E.
Fungsi
telur ayam kampung untuk kesehatan :
·
Dapat menyembuhkan
penyakit jantung kroner, kencing manis, maag atau usus besar.
·
Selain mengandung
sumber energi juga mengandung sumber protein yang cukup. Energi yang dipakai untuk
mengganti energi yang digunakan aktifitas dan berpikir sedangkan proteinnya
diperlukan utntuk mengganti bagian organ yang rusak.
·
Mempunyai kandungan
kolesterol yang cukup tinggi pada (kuning telur).
·
Membantu mengatasi
kelelahan dan kecapaian tubuh
Fungsi telur bebek untuk kesehatan :
·
Secara medis telur
bebek malah bisa dijadikan alat bantu vitalitas
3. Madu
Madu
tersusun atas beberapa senyawa gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah
mineral seperti magnesium, kalium, kalsium, natrium, klor, belerang, besi, dan
fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya
berubah-ubah sesuai dengan kualitas nektar dan serbuk sari. Di samping itu,
dalam madu terdapat pula sejumlah kecil tembaga, yodium, dan seng, serta
beberapa jenis hormon. Kelebihan madu yang lainnya adalah mudah dicerna, rendah
kalori, berdifusi lebih cepat melalui darah, membantu pembentukan darah, dan
membunuh bakteri. Royal Jelly yang biasanya terdapat dalam madu juga berfungsi
untuk menanggulangi masalah yang disebabkan oleh kekurangan jaringan atau
kelemahan tubuh.
4.
Jahe
Khasiat
jahe yang telah terbukti adalah dapat mengurangi rasa mual, mengobati masuk
angin, mencegah rematik, dan juga meningkatkan nafsu makan. Zat aktif dalam
jahe yang kaya manfaat itu berasal dari gingerol, zingerone, dan shogaol.
Gingerol sendiri berfungsi sebagai analgesik, bahan sedatif, antipiretik, dan
juga antibakteri.
Dalam
penelitan ini bahwa kebanyakan orang Tenggarong telah mengenal minuman khas Jogjakarta ini yaitu
STMJ. Warung STMJ Pak Eko yang
beralokasikan di Jalan Imam Bonjol
berdiri dari tahun 2004 sampai dengan sekarang. Namun Warung STMJ Pak
Eko ini mulai terkenal 5 tahun
belakangan ini setelah Pak Eko mengubah
bahan baku jahe STMJ dari jahe putih ke jahe merah dikarenakan rasa dari jahe merah lebih pedas dibanding jahe putih.
Bapak Eko Sujatmiko mengatakan bahwa dengan mengeluarkan uang Rp. 10.000,00.
minuman STMJ sudah siap saji dalam kondisi panas.
Bapak Eko menjelaskan, minuman STMJ ini
menggunakan bahan baku jahe merah yang diolah dengan cara ditumbuk kemudian
disaring menggunakan kain dan air saringannya di masak sebanyak 3 drijen atau 5
liter air, kemudian dicampur dengan 2 kilogram gula merah dan 1 kilogram gula
putih yang dimasak didalam gentong hingga masak atau mengeluarkan aroma jahe.
Proses
pembuatan STMJ di warung Pak Eko adalah kuning telur ayam kampung dikocok
ditambah setengah sendok air jeruk nipis agar tidak berbau amis kemudian
ditambah susu 1 setengah sendok dan madu 1 setengah sendok, dan dicampur air
rebusan jahe yang sudah disiapkan sebelumnya dalam keadaan panas dan STMJ pun
siap disajikan.
Jika
pelanggan menginginkan stamina dan vitalitas tetap kuat maka STMJ tersebut itu pun menggunakan kuning telur
bebek dengan harga Rp.12.000,-.
Berdasarkan
hasil pernyataan ahli kesehatan, Bapak Eko Sujatmiko mengakui, STMJ yang di
jualnya itu memiliki khasiat antara lain ;
a. Dapat
menyembuhkan masuk angin.
b. Untuk
merangsang ibu hamil untuk melahirkan (menggunakan rebusan air jahe merah
saja).
c. Menambah
stamina tetap kuat.
2.2. Tinjauan Umum Jahe bahan baku STMJ (Susu telur madu jahe)
Jahe
(Zingiber officinale Rosc.) merupakan
rempah-rempah Indonesia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam bidang kesehatan. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan
rumpun berbatang semu dan termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar
dari India sampai Cina. ( Paimin, 2008).
Nama
daerah. Zingiber officinale
Rosc. mempunyai nama umum
atau nama Jahe, dengan aneka
sebutan misalnya Aceh (halia), Batak karo (bahing), Lampung
(jahi), Sumatra Barat (sipadeh atau
sipodeh), Jawa (jae),
Sunda (jahe), Madura
(jhai), Bugis (pese)
dan Irian (lali) (Muhlisah F, 2005).
Deskripsi
jahe. Tanaman jahe termasuk
keluarga Zingiberaceae yaitu
suat tanaman rumput - rumputan tegak
dengan ketinggian 30 -75 cm, berdaun sempit memanjang menyerupai pita,
dengan panjang 15 – 23 cm, lebar lebih kurang dua koma lima sentimeter,
tersusun teratur dua baris berseling, berwarna hijau bunganya kuning kehijauan
dengan bibir bunga ungu gelap berbintik-bintik putih kekuningan dan kepala
sarinya berwarna ungu. Akarnya yang bercabang-cabang danberbau
harum, berwarna kuning
atau jingga dan
berserat (Paimin, 2008 ; Rukmana 2000).
2.2.1.
Taksonomi
Tanaman Jahe
Sistematika
Tanaman Rimpang Jahe :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Musales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : officinale
2.2.2.
Jenis
– Jenis Jahe
Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang, jahe dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu :
1. Jahe putih/kuning besar disebut juga jahe gajah atau jahe badak.
Ditandai
ukuran rimpangnya besar dan gemuk, warna kuning muda atau
kuning, berserat halus dan sedikit. Beraroma tapi berasa kurang
tajam. Dikonsumsi baik saat
berumur muda maupun tua, baik sebagai jahe segar maupun olahan.
Pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan
baku makanan dan minuman.
2. Jahe kuning kecil disebut juga jahe sunti atau
jahe emprit.
Jahe ini
ditandai ukuran rimpangnya termasuk katagori sedang, dengan
bentuk agak pipih, berwarna putih,
berserat lembut, dan beraroma serta berasa tajam. Jahe ini selalu dipanen
setelah umur tua. Kandungan minyak
atsirinya lebih besar dari
jahe gajah, sehingga rasanya
lebih pedas. Jahe
ini cocok untuk ramuan obat- obatan, atau diekstrak oleoresin dan
minyak atsirinya.
3. Jahe merah.
Jahe merah
ditandai dengan ukuran rimpang
yang kecil, berwarna merah
jingga, berserat kasar,
beraroma serta berasa
tajam (pedas). Dipanen setelah
tua dan memiliki minyak atsiri
yang sama dengan jahe kecil sehingga
jahe merah pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan.
2.2.3. Botani
tanaman jahe.
Jahe merupakan tanaman herbal tahunan yang tumbuh pada lahan dataran rendah
sampai menengah (300-900 m dpl). Di Indonesia dikenal tiga tipe jahe yang
didasarkan atas ukuran dan warna rimpang, yaitu jahe putih besar, jahe putih
kecil dan jahe merah. Jahe putih kecil
dan jahe merah sebagian besar dimanfaatkan dalam industri minuman penyegar dan
bahan baku indutri OT, herba terstandar maupun fitofarmaka (Bermawie et al. 2006).
Jahe putih besar, di Jawa Barat dikenal dengan nama umum jahe badak tapi di
Sumatera disebut jahe gajah. Nama
lainnya yaitu jahe ganyong dan jahe lempung di Kuningan, jahe kapur di Jawa
Timur. Ukuran jahe ini jauh lebih besar dan bentuknya lebih gemuk, demikian
pula aroma dan rasanya kurang tajam dibanding kedua jenis lainnya. Jahe ini banyak digunakan untuk sayur,
makanan, minuman, permen dan rempah-rempah (Januwati 1991). Jahe putih besar
mempunyai rimpang yang tumbuh bergerombol pada pangkal batangnya, berdaging dan
berukuran tebal serta bercabang tidak beraturan. Ukuran panjang dan lebar rimpang jahe putih
besar berkisar antara 15.83 – 32.75 cm dan 6.20 – 11.30 cm. Jahe putih kecil
6.13 – 31.70 cm dan 6.38 – 11.10 cm, sedangkan jahe merah 12.33 – 12.60 cm dan
5.26 – 10.40 cm (Rostiana et al. 1991).
Berdasarkan pengamatan sitologi,
kromosom jahe berjumlah 2n=22 (Ajijah
et al. 1997) kecuali pada
species Zingiber miogaberjumlah 2n=55
(Peter et al. 2007).
Tanaman
jahe mempunyai batang semu (pseudostems) yang berbentuk bulat. Tegak, tidak
bercabang, berwarna hijau muda, sering kemerahan padabagian dasar. Setiap batang umumnya terdiri dari 8 -12
helai daun (Rostiana et al.1991; Sumeru 1995;
Peter et al. 2007). Tinggi tanaman
ini rata-rata 68.63 ± 12.5
cm.
2.3. Tinjauan Teori
2.3.1.
Pengertian produksi
Soeharno
(2007) menyatakan bahwa produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan
manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi, yaitu kapital,
tenaga kerja, teknologi, dan managerial skill. Produksi merupakan usaha untuk
meningkatkan manfaat dengan cara mengubah bentuk (form utility), memindahkan tempat (place utility) dan penyimpanan (store
utility)
Beattie
dan Taylor (1994) produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi materi -
material dan kekuatan – kekuatan (input, faktor, sumber daya, atau jasa – jasa
produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa output atau produk.
2.3.2.
Biaya produksi
Biaya
produksi merupakan seluruh biaya yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk
menghasilkan barang dan jasa (Mankiw,2003). Menurut Suparmoko (1996) menyatakan
bahwa biaya produksi sangat penting karena tujuan perusahaan mencapai laba
maksimum hanya dapat di mengerti bila memahami tingkah laku penerimaan
perusahaan dan biaya produksi dalam menghasilkan barang.
Menurut
Supari (2001) biaya produksi di katagorikan dalam bentuk sebagai berikut :
a.
Biaya Tetap (Fixed Cost),ialah biaya yang harus dikeluarkan oleh badan usaha
yang besarnya tetap dan tidak tergantung pada prestasi yang dihasilkan. Contoh
dari biaya tetap : pajak bumi dan bangunan, gaji karyawan tetap, premi
asuransi, penyusutan bangunan, serta berbagai penyusutan aktiva tetap bergerak
(mobil,mesin mesin, cold storage) dan lain sebagainya.
b.
Biaya Tidak Tetap (Variable Cost),ialah biaya yang terkait secara langsung dengan
variasi dalam keluaran. Artinya, semakin besar pengeluaran maka makin besar
pula biaya variabelnya. Contoh dari biaya tidak tetap :Biaya baahan
langsung,upah langsung, bahan bakar, untuk listrik,air dan lain sebagainya.
2.3.3.
Penerimaan
Menurut Boediono (1982) penerimaan adalah
jumlah uang yang diterima produsen dari hasil penjualan outputnya. Soekartawi
(1995) menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi
yang diperoleh dangan harga jual. Menurut Mubarak, F. (2001) bahwa penerimaan
adalah jumlah uang yang diterima dari penjualan sejumlah output atau dengan
kata lain merupakan segala pendapatan yang di peroleh oleh perusahaan hasil
dari penjualan produksinya.
2.3.4.
Keuntungan
Menurut Rosyidi,S.(1981) keuntungan yang di
artikan sebagai suatu kelebihan revenue (penerimaan)
cost (biaya). Keuntungan adalah
penerimaan total dikurangi seluruh biaya
(N.Gregory Mankiw,2003). Selanjutnya Supari (2001)
menyatakan
bahwa hasil penjualan yang bisa menutup semua biaya dan masih ada sisa
lebihnya.
2.4.
Prosfektif
masa depan.
Usaha ini adalah usaha yang lebih mengutamakan
produksi yang berkelanjutan dan punya prospek yang baik. Dari produk olahan
STMJ berbeda dengan STMJ lain nya.
Dengan sistem manajemen yang terkontrol kualitas yang
terjaga maka usaha ini akan berpotensi hingga masa depan . Dengan manajemen
yang diterapkan pada tiap bagian dari usaha ini, dari mulai manajemen dalam
bahan baku, hingga pemasaran, maka usaha apa pun akan dapat bertahan menghadai
persaingan baik dengan sesame produsen STMJ maupun dengan produk baru lain nya.
Untuk hal ini STMJ merupakan minuman berkhasiat dan
menjadi banyak pilihan masyarakan menjadikan STMJ minuman herbal yang sehat
serta berkhasiat.
2.5. Analisis
persaingan.
Seorang pengusaha harus jeli dalam melihat kesempatan
dalam pasar untuk menjalakan sebuah usaha.
Persaingan dengan pengusaha lain bisa diatasi dengan
terancana dengan melakukan efesiensi serta peningkatan produk yang diolah,dalam
hal ini STMJ olahan yang melalui proses yang panjang, namun tidak melupakan
akan ke alamian dari produk ini.
Efesiensi dari tenaga terampil yang sudah bisa
menyiapkan bahan baku hingga ke proses penyajian kepada pelanggan. Untuk hal
ini cita rasa menjadi daya tarik yang kuat agar pelanggan merasa puas dan
merasa lebih nyaman setelah meminum STMJ.
Packing yang lebih baik bisa menarik minat, mungkin
bisa menggunakan gelas plastic yang aman,agar pembeli bisa membawa pulang atau
bisa dinikmati dalam perjalanan.
2.5.1.
Segmentasi pasar yang akan dimasuki.
Segmen pasar yang di incar kalangan bawah hingga atas,
dimana STMJ bisa diminum oleh siapapun, terkecuali anak balita.
Produk yang diolah yaitu STMJ dipasarkan secara
langsung dijual ditempat,jadi produk ini langsung berhadapan dengan konsumen
dalam proses penjualan.
STMJ juga dapat dipasarkan dalam olahan bubuk STMJ
namun dalam hal ini yang harus dilihat adalah tenaga ahli, peralatan, menjadi
hal yang perlu dipikirkan untuk mencoba STMJ bubuk.
Dalam kemasan masih menggunakan palstik gula, mungkin
untuk bisa memudah kan pelaggan yang dalam perjalanan untuk bisa menikmati,
bisa menggunakan gelas plastic dengan tutup.
2.5.2. Estimasi kelancaran usaha.
Kelancaran usaha tidak hanya ditentukan dari lancarnya
penjualan, namun dari proses produksi follow-up nya. Otomatis penjaualan lancer
apabila produksi bejalan lancar.
Kelancaran produksi bisa ditentukan oleh penggunaan
mesin yang dapat menghemat biaya tenaga kerja, memerlukan tenaga yang terampil
dan disiplin hingga olahan STMJ bisa sesuai dengan resep yang ada.
Kelancaran dari suplai bahan baku utama STMJ yaitu
jahe menjadi hal yang cukup diperhatikan karena tanaman jahe sekarang harganya
cukup tinggi, untuk itu mungkin bisa dipikirkan untuk bisa mempunyai bahan baku
sendiri, hal ini untuk bisa berjaga apa bila suplau jahe dipasar tidak ada.
Gelas plastic dengan tutup mungkun bisa jadi pilihan
untuk kemasan bagi pelanggan yang mau meminum STMJ di perjalanan.
2.5.3. Penetapan harga jual.
Penetapan harga jual dilakaukan denaga cara
memperhitungkan bahan baku, upah tenaga kerja, proses produksi, pengemasan,
pemasaran, jika perlu biaya transportasi juga dihitung.
Semua yang sudah teridentifikasi dapat dihitung
hinggaa bisa didapat harga satuan minimal (modal yan digunakan). Selanjutnya
kita bisa menentukan harga jual setelah dihitung keuntungan yang ingin kita
peroleh.
Penetapan harga harus dilakukan sehingga tidak terjadi
kesenjangan antara harga produk yang harus dibayar konsumen secara langsung.
Dalam penentuan harga jual diperhitungkan harga yang
cukup tinggi akan membuat konsumen berpikir untuk mencoba atau pun membeli
produk yang dijual.
2.6. Analisis SWOT.
Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai factor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan didasarkan pada logic yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opprtunities) namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan acaman (threats).
Proses
penyusunan perencanaan strategis melalui 3 tahap,yaitu :
1.
Tahap
pengumpulan data.
Data eksternal : Analisis pasar
Analisis competitor
Analisis komunitas
Analisis pemasok
Analisis pemerintah
Analisis kelompok kepentingan tertentu
Data internal : Laporan keuangan
Laporan kegiatan sumberdaya manusia
Laporan kegiatan oprasional
Laporan kegiatan pemasaran
2.
Tahap analisis
3.
Tahap
pengambilan keputusan
2.6.1. Penerapan
analisis SWOT.
Dalam analisis SWOT kali ini saya akan mencoba
menganalisis usaha penjualan STMJ bubuk jadi. Sebagai pengecer dalam kegiatan
expo mata kuliah manajemen pemasaran.
Analisis lingkungan internal :
1.
Strengths
(kekuatan)
Ketersediaan
barang produksi terjamin.
Personel
memiliki pengalaman berdagang di expo sebelumnya.
Lokasi
expo yang akan dilaksanakan mendukung.
Rasa
dan kemasa lebih inovatif dan unik.
2.
Weakness
(kelemahan)
Modal
yang tidak terlalu besar.
Kurang
nya pengetahuan manajemen.
Sistem
penjualan belum jelas.
Analisis lingkungan internal :
1.
Opportunities
(peluang)
Masyarakat
tenggarong masih suka minum-minuman sehat.
Dalam
malam hari menjadi sangat pas menikmati STMJ.
2.
Threath
(persaingan)
Persaingan
antara produk competitor akan saling menggeserkan.
Tindak
criminal.
Hubungan
baik dengan konsumen.
Kondisi
cuaca.
·
Analisis SWOT
usaha STMJ.
-
IFAS.
Faktor- faktor strategi internal
|
Bobot
|
Rating
|
B x R
|
Komentar
|
Kekuatan :
·
Ketersediaan
barang produksi terjamin
·
Personel
memiliki pengalaman bedagang di expo sebelumnya
·
Lokasi
expo yang akan dilaksanakan mendukung
·
Rasa dan
kemasan lebih inovatif
|
9
4
5
5
|
4
2
2
2
|
37
8
10
10
|
ketersediaan barang adalah hal yang terpenting.
|
Total
|
65
|
|||
Kelemahan :
·
modal
yang tidak terlalu besar
·
kurangnya
pengetahuan manajemen
·
sistem
penjualan belum jelas
|
9
5
5
|
4
4
3
|
37
20
15
|
Lambat dalam peambahan barang
|
Total
|
62
|
Internal : 65 – 62 = 3
-
EFAS
Faktor-faktor
strategi internal
|
Bobot
|
Rating
|
B x R
|
Komentar
|
Peluang :
·
Masyarakat
tenggarong masih suka minum-minuman sehat.
·
Dalam
malam hari menjadi sangat pas menikmati STMJ.
|
8
8
|
4
4
|
32
32
|
Hubungan baik
dengan konsumen harus dipertahan kan.
|
Total
|
62
|
|||
Ancaman :
·
Persaingan
antara produk competitor akan saling menggeserkan.
·
Tindak
criminal.
·
Hubungan
baik dengan konsumen.
·
Kondisi
cuaca.
|
7
5
3
3
|
4
2
4
4
|
28
10
12
12
|
Perlu
hati-hati dengan pesaing yang ada.
|
Total
|
62
|
Eksternal : 62 – 62 = 0
Jadi berdasar kan analisis SWOT :
|
|
Disvrtifikasi
: harus meningkat kan dalam distribusi.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan pada lokasi penelitian
pada Warung STMJ Pak Eko di Jalan Imam Bonjol Tenggarong.
3.2. Sumber
Data
Data
yang diperlukan dalam penelitian makalah ini meliputi data primer dan data
sekunder.
1. Data
primer
Pengumpulan
data primer dilakukan secara langsung
dengan cara studi lapangan dengan cara mendatangi objek penelitian dan
melakukan pengamatan secara langsung serta di Warung STMJ Pak Eko serta
mengadakan wawancara dengan Bapak Eko Sujatmiko sendiri, dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang telah kami susun sesuai dengan tujuan dari penelitian
laporan praktikum kami.
2. Data
Sekunder
Sumber
/ bahan untuk data sekunder dalam penelitian laporan praktikum dengan cara
metode pustaka, laporan ilmiah yang
berkaitan dengan penelitian, serta data dari internet.
3.3. Teknik Pengumpulan
Data
Pengumpulan
data dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Field Work Research,
yaitu dengan cara mengadakan wawancara (interview)
kepada pemilik Warung STMJ Pak Eko dengan menggunakan quisioner serta dengan
melakukan observasi yang kesemuanya diiringi dengan pencatatan sedetail
mungkin.
2. Library Researh,
yaitu pengumpulan yang dilanjutkan dengan pengutipan bagian – bagian isi yang
relevan dan bermanfaat bagi penerapan data analisis.
No comments:
Post a Comment