1.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian disektor pertanian, sektor pertanian mempunyai peranan yang
sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini terlihat dari banyaknya
jumlah penduduk Indonesia yang hidup dan bekerja disektor tersebut.Tujuan
pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan produksi pertanian guna
memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor,
pendapatan petani, memperluas lahan pekerjaan dan mendorong pemerataan
berusaha. Seiring dengan meningkatnya pebangunan nasional terutama dalam
memenuhi kebutuhan pangan maka permintaan bahan pangan pun meningkat, mengingat
sumber daya alam yang besar pada sector pertanian maka di masa mendatang sector
ini masih merupakan sector penting dalam memberikan konstribusi pada
pertumbuhan ekonomi nasional (Adiwilanga, 1992).
Tahun 2004 oleh
pemerintah di canagkan sebagai ‘‘Tahun Padi Nasional’’.Pencanagan ini
dilaksanakan dalam upacara Hari Pangan Sedunia tingkat nasional yang dipusatkan
di Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu.Pencanagan
Tahun Padi Nasional ini berkaitan erat dengan upaya pemerintah untuk
mensukseskan program ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan
petani (Kompas 2004).
Kabupaten
Kutai Kartanegara secara geografis terletak antara 115026’28’’ BT – 117036’43’’
BT dan 1028’21’’ LU – 1008’06’’ LS. Topografi wilayah sebagian besar
bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan landai sampai curam, pada
wilayah pedalaman dan perbatasan pada umumnya merupakan kawasan pegunungan
dengan ketinggian 500-2000 m dpl.(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2011
Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai luas wilayah 2.726,310 km², dengan luas
areal pertanian sekitar 809,161 ha dimana potensi lahan sawah 74,362 ha. Lahan
fungsional atau yang telah dimanfaatkan 24,798 ha. Sedangkan luas panen padi
sawah dari tahun ketahun mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 37.514
ha, tahun 2010 sebesar 38.658 ha dengan produktivitas hasil panen tahun 2009
190.146 ton dan tahun 2010 sebesar 202.746 ton yang terbagi dalam 18 Kecamatan
yang mana hasil produksi padi sawah terbesar dari kecamatan Tenggarong Seberang
sebesar 41.949 ton dan selanjutnya kecamatan Loa Kulu sebesar 31.122 ton (Kutai Kartanegara Dalam Angka.2011).
Kecamatan
Loa Kulu menjadikan padi sebagai mata pencaharian utama mereka ini dapat
dilihat dari hasil produksi mereka yang meningkat meskipun lahan pertanian juga
semakin berkurang seiring berkembangnya sector pertambangan terutama tambang
batu bara di wilayah ini, secara keseluruhan luas panen seluas 5.838 Ha, dengan
produktifitas atau hasil perhektar 51,12 ton dan produksinya sebesar 29.842,65
ton yang mana desa Jonggon Jaya adalah desa yang mempunyai areal luas panen
paling luas yaitu 900 Ha, dengan diikuti produksi padinya yang juga tinggi
yaitu sebesar 4.207,65 ton (Kecamatan Loa
Kulu Dalam Angka, 2011).
Melihat
luas panen dan produksi padi sawah yang
besar di Desa Jonggon Jaya ternyata masih banyak permasalahan yang dihadapi
petani di antaranya ketika saat panen tiba dengan hasil yang melimpah
pendapatan mereka masih sangat kurang dibandingkan dengan biaya pengelolaan produksi
padi sawah mulai dari pengadaan bibit, pupuk, pengolahan, pestisida dan biaya
lainnya yang tidak terduga ini terjadi dikarenakan hasil panen mereka hanya di
jual pada pedagang (tengkulak) lokal yang berada di Desa Jonggon Jaya yang mana
mereka terbatas dengan modal sehingga terkadang padi yang dijual pembayarannya
setengah dari jumlah yang dijual dan akan dibayar kembali setelah padi diolah
menjadi beras dan dipasarkandan ada juga pedagang yang datang dari luar daerah
tetapi kedatangan pedagang dari luar daerah tersebut tidak menentu kedatanganya
dikarnakan sarana prasarana berupa jalan menuju Desa Jonggon Jaya rusak berat
sehingga menyebabkan biaya pengangkutan yang bertambah dan permasalahan lainnya
adalah belum adanya suatu instansi yang memfasilitasi dalam mendistribusikan
atau memasarkan hasil produksi padi sawah, sehingga mengakibatkan belum
meratanya pendapatan yang diterima oleh petani di Desa Jonggon Jaya.
Berdasarkan
uraian di atas maka perlu melaksanakan penelitian dengan mengambil judul “Analisi
Pendapatan Petani Dalam Penjualan Hasil Produksi Padi Sawah (Oryza Sativa L) di Desa Jonggon Jaya
Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang penelitian di atas, maka yang menjadi permasalahan penelitian
ini adalah :
1.
Bagaimana proses
pemasaran hasil produksi padi sawah di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu
Kabupaten Kutai Kartanegara ?
2.
Berapa pendapatan
petani dalam penjualan hasil produksi padi sawah dalam satu kali periode
penanaman ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui proses
pemasaran hasil produksi padi sawah ?
2.
Mengatahui pendapatan
petani dalam penjualan hasil produksi padi sawah dalam satu kali periode ?
1.4.
Manfaat Penelitian
Dari
hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1.
Sebagai sumbangan
pemikiran bagi pemerintah daerah khususnya dalam hal ini adalah Desa Jonggon
Jaya, dalam rangka pembinaan terhadap petani padi dalam upaya peningkatan hasil
produksi dan tingkat pendapatan petani.
2.
Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan
penulis tentang masalah pertanian khususnya sektor tanaman padi.
3.
Sebagai bahan masukan
bagi instansi yang terkait untuk merumuskan kebijakan pengembangan padi sawah
yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan para petani padi sawah.
4.
Sebagai bahan
perbandingan bagi pihak lain yang akan melanjutkan penelitian lebih lanjut.
II. TINJAUAN PENELITIAN
2.1.
Tinjauan Penelitian
Sebelumnya
Putri Aprilia R
(2011), meneliti tentang Analisis Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah (Oryza Sativa L) di Kelurahan
Mangkurawang Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara.
Pendapatan usahatani
padi sawah diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi
selama satu kali musim tanam dengan perhitungan pendapatan per musim tanam
sebesar Rp. 201.300.000,- dengan rata-rata Rp. 5.651.189,30 dengan pendapatan
per bulan Rp. 1.412.972,82.
Adapun persamaan
sama-sama meneliti tentang komunditi padi sawah, sedangkan perbedaannya
terletak pada tempat penelitiannya sebelumya di lakukan di Kelurahan
Mangkurawang Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Sedangkan
penelitian yang akan saya laksanakan di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Sarinda Jamin (2009)
meneliti tentang Analisis Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Barong Tongkok
Kabupaten Kutai Barat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
pendapatan petani karet yang di kecamatan barong tongkok Kabupaten Kutai Barat.
Hasil penelitian ini diketahui pendapatan petani karet di Kecamatan
Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat adalah Rp. 124.018.000,00 atau rata-rata
Rp. 2.841.319.00 per responden. Penerimaan petani karet adalah Rp.
290.500.000,00 atau rata-rata Rp. 60602.27,00 per responden, jumlah produksi
sebesar 33. 080 kg atau rata0rata 752,83 kg per responden, total biaya produksi
yang dikeluarkan petani adalah Rp. 166.212.000,00 atau rata-rata Rp.
3.777.545,00 per responden dengan demikian tanaman karet yang dilaksanakan
petani di Kecamatan Barong Tongkok dapat dikatakan layak untuk diusahakan.
Adapun persamaan penelitian ini dengan yang akan dilaksanakan sama-sama
meneliti tentang pendapatan petani namun perbedaanya terletak pada komonditinya
dan tempat penelitian.
2.2. Tinjauan umum padi sawah
2.2.1.
Sejarah Padi
Menurut sejarahnya,
padi termasuk genus Oriza L. yang
meliputi lebih kurang 25 species, terbesar di daerah tropik dan daerah
subtropika seperti di Asia, Afrika, Amerika dan Australia.
Menurut Chevalier dan Neguier,
padi berasal dari dua benua : Oryza Fatua
Koenig dan Oriza Satifa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi
lainya yaitu Oryza Stapfii Roschev
dan Oryza Glaberrima Steund berasal
dari afrika barat (Benua Afrika). Oryza
Fatua Konig dan Oriza MinutaPresl
berasal dari India (Himalaya).
Padi yang ada sekarang
ini merupakan persilangan antara Oryza
officinalis dan Oryza Sativa f.
spontanea.Di Indonesia pada mulanya tanaman padi di usahakan di daerah
tanah kering dengan system ladang, tanpa pengairan.Hal ini dilakukan pula di negara-negara
lain (AAK, 1983).
Menurut Suparyono dan
A. Setyono (1993), berdasarkan kedudukanya dalam taksonomi tumbuhan,
klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermathophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas
: Angiospermae
Sub kelas
: Monocotyledone
Famili
: Graminaceae
Sub
family : Oryzidae
Genus
: Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
2.2.2.
Proses Bercocok Tanam Padi
Menurut AAK ( 1990),
bahwa tekhnik bercocok tanaman padi yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak
di lakukan persemean tanaman itu bisa dipanen sebagaimana diuraikan sebagai
berikut:
1. Persemaian
Membuat persemean
merupakan langkah awal bertanam padi dimana dimulainya dengan penggunaan benih
unggul.benih yang digunakan harus sebaik-baiknya dan sehat dimana tujuannya
adalah membantu memberikan keadaan lingkungan yang baik untuk saat awal
pertumbuhan. Dari umur 25 – 40 hari benih siap ditanam disawah yang telah disiapkan.
2. Persiapan dan pengolahan tanah sawah
Pengolahan tanah
bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu sehingga
memperoleh susunan tanah yang dikehendaki oleh tanaman, pengolahan tanah yaitu
pembersihan lahan, pencangkulan, pembajakan dan penggaruan.
3.
Penanaman
Dalam penanaman yang
baik harus diperhatikan sebelumnya adalah persiapan lahan umur bibit dan tahap
penanaman.
4.
Pemeliharaan
Tanaman padi ditanam
dengan baik dapat membuahkan hasil yang memuaskan, sesuai dengan yang diharapkan.Yang
perlu diperhatikan dalam pemeliharaan adalah penyulaman dan penyiangan,
pengairan padi sawah dan pemumupukan.
5.
Pengendalian organisme tanaman
Menurut Soemartono. B.
(1984) ada beberapa cara memberantas pengganggu tanaman padi sawah yaitu:
a.
Cara fisik dan mekanik, misalnya dengan cara Gropyokan untuk memberantas
hama tikus.
b.
Cara Biologis, dengan menggunakan predator atau parasit misalnya burung
yang memakan ulat.
c.
Dengan mengatur waktu tanaman dengan carapergiliran tanaman.
d.
Menanam tanaman yang resisten, yaitu tanaman yang tahan terhadap hama dan
penyakit.
e.
Penggunaan bahan kimia yaitu dengan cara penggunaan prestisida
(Insektisida, fungsida, rodentisida, dan herbisida)
6.
Panen
Panen merupakan tahap
akhir penanaman padi sawah.Bila hasil yang diharapkan telah menjadi kenyataan,
berarti bua padi sudah cukup masak dan siap untuk di panen atau di petik.Namun
pemanenan padi harus di lakukan pada waktu yang tepat, sebab ketepatan waktu
memanen berperngaruh terhadap jumlah dan mutu gabah dan berasnya.
Panen yang terlambat pada varietas padi yang
mudah rontok, dan menurunkan hasil produksi.Sedangkan panen yang teralu awal
menyebabkan mutu padi kurang baik.
7.
Tahap Pascapanen
Menurut AAK (1990)
bahwa tahap pascapanen atau perlakuan pascapanen meliputi kegiatan pasca
perontokan, pengangkutan, pengeringan, pembersiahan dan penyiapan serta
penggilingan.
Ditambahkan Soeparyono
dan A. Setyono (1993), bahwa pasca panen hasil petani merupakan tahanan
kegiatan yang dimulai sejak pemungutan hasil sampai siap untuk dipasarkan.Penanganan
pasca panen tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap
dan aman digunakan oleh konsumen atau dapat oleh lebih lanjut melalui kegiatan
industri.
2.2.3.Produksi padi sawah
Menurut
M.Fuad, dkk (2006), mendefisikan produksi adalah sebagai suatu kegiatan atau
proses yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran dalam arti sempit.
Pengertian produksi hanya di maksudkan sebagai kegiatan yang menghasilkan
barang, baik barang jadi atau setengah jadi, barang industri, suku cadang
maupun komponen-komponen penunjang.
Ditambahkan
Aristanti dan Bambang, (2007).Produksi adalah merupakan kegiatan yang
menghasilkan barang dan jasa. Pengertian produksi secara sempit adalah
perbuatan atau kegiatan manusia untuk membuat suatu barang atau mengubah suatu
barang menjadi barang lain. Secara luas produksi dapat diartikan sebagai segala
perbuatan atau kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang di tunjukan untuk menambah atau mempertinggi nilai dan guna suatu barang
untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2.2.4.
Biaya
Produksi
Biaya
adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha memerlukan pengorbanan
fisik non fisik, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan ekonomi
setiap kegiatan untuk memperoleh suatu barang atau jasa diperlukan pengorbanan
dari barang atau jasa lain dengan demikian perngorbanan ini diartikan sebagai
modal atau baiya. Biaya produksi dalam usahatanidapat berupa uang tunai, upah
kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, biaya pembelian pupuk, biaya
bibit, herbisida dan sebagainya (Mubyarto, 1991).
Biaya
dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:
1.
Biaya tetap, biaya yang
harus dikeluarkan oleh para petani yang penggunaannya tidak habis dalam masa
satu kali produksi, seperti membajak tanah pertanian, retribusi air, gajih
karyawan tetap, premi asuransi, penyusutan alat dan bangunan pertanian.
2.
Biaya variabel, yaitu
biaya yang besar dan kecilnya tergantung pada jumlah produksi seperti biaya
pupuk, herbisida, upah langsung petani, dan alat – alat pertanian.
3.
Biaya semi variable,
ialah biaya yang sifatnya bisa di anggap tetap, namun bisa juga di anggap
variabel, seperti biaya pemeliharaan dan perawatan padi sawah secara langsung
bisa berpengaruh pada produksititas pertanaman dan karyawan harian (Supari,
2001)
2.2.5.
Penerimaan
Menurut
Sudarsono (1995), penerimaan merupakan suatu hasil penjualan dari barang
tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain. Jumlah
penerimaan (total revenue) di
definisikan sebagai penerimaan dari penjualan dari barang tertentu yang peroleh
dari sejumlah satuan barang yang terjual di kalikan harga penjualan setiap
satuan barang.
Penerimaan
dibidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam betuk uang tunai
sebelum dikurangi dengan biaya pegeluaran selama kegiatan usaha tani tersebut
(Daniel, 2002).Sedangkan menurut Soeharno (2009), penerimaan adalah harga di
kalikan dengan jumlah yang di jual. Secara matematis dapat dilihat seperti :
TR
= P.Q
Keterangan :
TR : Total Penerimaan (Total Revenue)
Q : Kualitas barang yang di hasilkan (Quantity)
P : Harga (Price)
2.2.6.
Pendapatan
Menurut Adiwilanga,
(1992) pendapatan diperlukan oleh keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan
hidup ini tidak tetap melainkan terus menerus. Oleh karena itu, pendapatan yang
dimaksimal itulah yang selalu diharapkan petani dari usaha tani.Di tambahkan
oleh (Mosher, 1991), pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk
uang setelah dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani.
Menurut Aukley (1983),
pendapatan seseorang indifidu di definisikan sebagai jumlah penghasilan yang
diperoleh dari jasa – jasa produksi yang diserahkan pada suatu atau
diperolehnya dari harta kekayaannya, sedangkan pendapatan tidak lebih dari pada
penjumlahan dari semua pendapatan individu.
Menurut Soekarwati (1995), pendapatan
dibedakan atas dua pengertian yaitu:
a.
Pendapatan kotor usahatani
Sebagai nilai produksi usahatani
dikalikan harga dalam jangka waktu tertentu baik yang jual maupun yang
dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada digudang
pada akhir tahun.
b.
Pendapatan bersih usahatani
Merupakan selisih antara
pendapatan kotor dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani.
Hubungan biaya dengan
pendapatan dapat diperitungkan untuk seluruh usaha tani sebagai satu unit
selama periode tertentu, misalnya pada musim tanam.Dalam hal ini semua biaya
semua produksi dijumlahkan kemudian di bandingkan dengan pendapatan diperoleh
(Hadisaputro, 1985).
Menurut Soekarwati,
dkk (1994), pendapatan keluarga mencerminkan tingkat kekayaan besarnya modal
yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan dana yang besar dalam
usahatani, sedangkan pendapatan yang rendah dapat menyebabkan menurunnya
infestasi dan upaya pemupukan modal, pendapatan bersih petani hasil kotor dari
produksi yang dinilai dengan uang kemudian hasil kotor tersebut dikurangi
dengan biaya produksi dan biaya pemasaran.
2.2.7.
Pemasaran
Pengertian sehari-hari arti pemasaran adalah aktfitas
jual beli dalam bidang ekonomi pemasaran tidak terbatas pada kegiatan jual beli
saja akan tetapi semua aktifitas ekonomi uang memungkinkan barang dan jasa
bergerak dari produksen sampai ke konsumen.
Menurut Soekartawi
(1993) pemasaran atau
marketing pada prinsipnya adalah aliran barang dari produksen ke konsumen,
aliran barang ini dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran. Sedangkan
menurut Mubyarto (1994) tataniaga atau
pemasaran diartikan sabagai suatu kegiatan ekonomi yang mengakibatkan
terjadinya pemindahan milik barang dan jasa untuk menyalurkan distiribusi dari
produksen ke konsumen.
Fungsi dan peranan tataniaga atau pemasaran yaitu
mengusahakan agar pembeli mempperoleh barang yang diinginkan pada tempat,
waktu, bentuk dan harga yang tepat. Fungsi utama dari tataniaga atau pemasaran
adalah menyangkut penyimpanan, pengolahan
dan pembiayaan.
Menurut gilarso (1992) funsi-fungsi
pemasaran mencakup semua kegiatan yang perlu diselengarakan dalam proses
memasarkan barang/jasa hingga barang tersebut sampai ketangan konsumen.
Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha, peranan
lembaga tataniaga ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan
karakteristik aliran yang dipasarkan atau lebih di kenal dengan istilah saluran
pemasaran. Sedangkan lembaga tataniaga ini sangat tergantung dari sistem pasar
yang berlaku dan karakteristik aliran yang dipasarkan atau lebih di kenal
dengan istilah saluran pemasaran. Sedangkan lembaga tataniaga adalah orang,
badan atau perusahaan yang terlibat dalam proses pemasaran.
Ditambahkan oleh Soekartawi (1993) mengemukakan bahwa saluran pemasaran dapat
berbentuk secara sederhana dan dapat pula rumit sekali, hal demikian tergantung
dari macam komonditi lembaga pemasaran dan sistem pasar (iklim pasar).
Sedangkan yang dimaksud dengan saluran pemasaran adalah suaatu jalur yang
dilalui oleh arus barang-barang dari produksen ke perantara dan sampai
akhiranya ke tangan konsumen. Selanjutnya menurut Daniel (2004)
Tataniaga atau pemasaran
memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan perkembangan pertanian
maupun peternakan dan makin kompleksnya tataniaga atau pemasaran tersebut.
Menurut Danil (2004) setiap kegiatan pemasaran memerlukan biaya mulai dari
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan pembayaran retribusi, bongkar muat dan
lain-lain. Jadi bias disimpulkan biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan
oleh lembaga pemasaran (pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari
produksen ke konsumen.
Menurut
Daniel (2004) margin memasaran adalah selisih antara harga yang di bayarkan
oleh konsumen dengan harga yang diterima Produksen. margin ini akan diterima
oleh lembaga niaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Sedangkan
keuntungan pemasaran adalah selisih margin pemasaran pedagang dengan biaya
pemasaran yang dikeluarkan selama proses mengalirnya barang (produk) dari
produksen ke konsumen.
III. METODE PENELITIAN
3.1.Waktu Dan Tempat
penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2012, terhitung sejak pengambilan data
awal ke lapangan sampai pengolahan data ahir.Adapun lokasi penelitian yaitu
pada Petani Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara.
3.2. Devinisi Operasional
Penelitian
ini diarahkan pada perhitungan pendapatan dan produksi usahatani padi sawah di
desa Jonggon Jaya.Perhitungan ini dilakukan pada satu kali musim tanam atau 4
bulan. Untuk memudahkan ukuran variabel – variabel, maka diberikan batasan –
batasan sebagai berikut:
1. Petani
responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang
berada di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Luas
lahan adalah luas tanah sawah yang ditanami padi sawah oleh petani responden
yang dikonversikan kedalam satuan hektar.
3. Selama
satu kali musim panen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya usaha
tani dilakukan yaitu dari tahap persemayan, persiapan dan pengolahan lahan sampai
dengan tahap panen, dan satu kali musim tanam pada penelitian ini adalah 3
bulan.
4. Produksi
adalah padi sawah berupa gabah kering panen menjadi gabar kering giling, dan
selanjutnya diproses menjadi beras yang dihasilkan oleh petani responden dalam
satu kali musim tanam, diukur dalam satuan kilogram.
5. Penerimaan
merupakan hasil kali dari jumlah produksi dalam satu kilogram dikali dengan
harga jual dalam satua Rupiah (Rp).
6. Biaya
tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk membayar tenaga
kerja yang bekerja dalam proses produksi. Biaya pengangkutan padi, penjemuran,
padi yang sudah kering dimasukan kedalam karung lalu dikumpulkan menjadi satu
dan disusun atau di masukan ke dalam gudang.
7. Biaya
penyusutan padi adalah biaya berkurangnya padi yang disimpan digudang
dikarnakan hama tikus dan berkurangnya kadar air yang menyebabkan berkurangnya
berat padi
8.
Pendapatan merupakan
selisih dari jumlah peneriamaan dengan biaya – biaya produksi, yang
dikonversikan dalam satuan Rupiah (Rp).
9.
Pemasaran adalah proses
penjualan hasil panen padi dari petani ke pedagang.
3.3. Populasi dan Sampel
Menurut Mardalis (1989), populasi itu adalah
sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat – syarat tertentu yang berkaitan
dengan masalah penelitian tersebut dapat berupa orang, barang, binatang, hal
atau peristiwa. Ditambah oleh Pangestu Subagyo (2003), keseluruhan fakta dari
hal ini disebut populasi, sedangkan bagaian dari semua fakta yang dianggap
dapat mewakili seluruhnya disebut sebgai sampel. Berdasarkan pendapat tersebut
diatas maka seluruh petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya
diasumsikan sebagai polulasi berdasarkan profil Desa Jonggon Jaya (2012),
jumlah petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya sebanyak 364 orang
petani
Menurut pendapat Husein Umar (2005), ukuran sampel
minimum yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang digunakan untuk
metode deskriftif yaitu 10%-20% populasi atau minimal 30 sampel. Untuk
menentukan jumlah sampel, digunakan 10% dari jumlah populasi atau 0,1 x 364 opulasi, maka didapat 36,4 sampel. Untuk
memudahkan penghitungan data, maka jumlah sampel yang digunakan pada penelitian
ini dibulatkan menjadi 36 orang petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon
Jaya.Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan mengunakan metode simple
random sampling atau metode acak sederhana.
3.4.
Data yang diperlukan
Untuk memudahkan perhitungan, maka rincian data yang
akan diperlukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Data Desa Jonggon Jaya meliputi penduduk, luas wilayah, letak geografis
dan lain-lain.
2.
Profil responden atau petani sawah di Desa Jonggon Jaya yang meliputi
keseluruhan kelompok petani, luas lahan dan status kepemilikan, komonditas yang
ditanam dan umur komonditas.
3.
Jumlah produksi yang dihasilkan pada musim tanam bulan Agustus-september
2012.
4.
Biaya tenaga kerja meliputi biaya penen, biaya pengangkutan, biaya penjemuran,
biaya pengarungan, biaya pegumpulan padi kedalam gudang.
5.
Biaya pembelian alat dan mesin pertanian meliputi pembelian kipas agin,
pembelian terpal, pembelian karung dsan lain-lain dimana selanjutnya akan
dihitung biaya penyusutannya.
6.
Data penunjang meliputi jumlah hasil produksi yang dikonsumsikan, jumlah
yang dijual yang disimpan.
3.5.
Tenik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua
cara yaiti:
1.
Penelitian lapangan ( field work research ), yaitu melakukan wawancara
langsung dengan respoden, mengunakan kuisioner dan mendatangi atau observasi
langsung kelapangan.
2.
Penelitian kepustakaan ( library research ), yaitu dengan cara
mengumpulkan data-data dari bahan kepustakaan dilanjutkan dengan pengutipan
bagian-bagian releven yang ada hubungannya dengan peneliti.
Untuk
memudahkan perhitungan maka pengolahan data dilakukan secara manual mengunakan
rumus yang telah ditetapkan sebelumnya dengan alat bantu Microsoft Office Exel
2007. Kemudian dari perhitungan tersebut diketahui seluruh data yang diperlukan
sebagai hasil penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulan.
3.6. Alat Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil
pengamatan langsung dilapangan dengan wawancara kepada petani padi sawah dengan
mengunakan pertanyaan (kuisioner) sesuai dengan tujuan penelitian maka
digunakan perhitungan sebagai berikut: untuk menghitung penerimaan mengunakan rumus
(Sudaesono, 1995),
yaitu :
TR
= P.Q
Keterangan
:
TR =
Jumlah Penerimaan / total revenue( Kg
)
P = Harga / Price( Rp )
Q = Produksi / Quantity( Rp )
Pendapatan
usaha tani padi dengan menggunakan konsep pendapatan dikemukakan oleh ( Mosher,
1991 ) dengan mengunakan total biaya dengan rumus :
I
= TR – TC
Keterangan
:
I = Pendapatan
usaha tani padi / Income
TR = Total Penerimaan / Total Revenue
TC = Jumlah Biaya Produksi / Total Cost
Selanjutnya untuk mengetahui jenis saluran
pemasaran hasil padi sawah dalam menyalurkan pertanian ke tangan konsumen, maka
dapat digunakan pendapat Daniel (2004)
Dengan demikian kita dapat mengetahui jenis saluran
pemasaran manakah yang diterapkan dalam pertanian padi sawah dalam menyalurkan
produksinya ketangan konsumen akhir. Untuk menghitung biaya yang dikeluarkan
oleh satuan lembaga pemasaran berlangsung kemudian menjumlahkan biaya tersebut
secara keseluruhan.
Menurut Agustina dan setiajie (2008)
untuk menghitung margin pemasaran di masing-masing lembaga pemasaran mengunakan
rumus sebagai berikut :
M = Hp – Hb
Keterangan :
M = Margin pemasaran.
Mp = Harga penjualan.
Mb = Harga pembelian.
Sedangkan untuk margin diperoleh
dengan menjumlahkan tiap margin lembaga pemasaran yang terlibat dengan
mengunakan rumus sebagai berikut :
Mt
= M1 + M2 + M3 + …………Mn
Keterangan
:
Mt
= Margin
total
M1,M2,
M3,……Mn = Margin pedagang.
Selanjutnya untuk
menghitung keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran yang
terlibat menurut Nurasa dan Darwis (2007; 42), digunakan rumus sebagai berikut
:
= Mt – Bt
Keterangan
:
=
Keteranagn pemasaran dengan satuan (Rp/ Kg).
Mt
= Margin pemasaran dengaan satuan (Rp/ Kg).
Bt
= Biaya pemasaran dengan satuan (Rp/ Kg)
No comments:
Post a Comment